Kamis, 21 November 2013

Dinamika Organisasi

Akhirnya, Alhamdulillah kepanitiaan FTIP Fair ini berakhir, dengan lancer Alhamdulillah insya allah berkah. Di sana banyak hal yang menurut aku yang terkadang kurang sesuai dengan hati nurani #maybe. Di sela-sela kesibukan, masih bisa kepoin twitter orang (terutama Farhat Abbas), akun twit anti mainstream di Jatinangor. Melihat bagaimana mereka "berkoar" di Twitter saat mereka tidak menunjukkan "aksinya". Ngomong aja udah kayak gitu apalagi aksi mil. Lebih parah #maybe

Sejujurnya ada sebuah kejadian tidak mengenakkan pada saat *biip terakhir. Di saat itu, bener-bener deh diuji mental dan kekompakan. Orang-orang yang ikut organisasi pasti merasakan dinamika ini. Ada naik ada turun, ada saatnya kita harus take of charge, bukan showing up. Secara pribadi, orang-orang mungkin menganggap aku "showing up", padahal take of charge aja -_-. Terserah bagaimana orang menilai, aku ga suka ketika tim lagi menuju chaos. Butuh seorang pemimpin. Seringkali ketika orang lain ga inisiatif, dengan "terpaksa" kita harus berbuat, aksi. Di lain sisi, kita yang ga aksi, merekalah yang beraksi. Dan seterusnya..

Terkadang ekspektasi kita terlalu tinggi terhadap orang (terutama terhadap pemimpin) sehingga jika tidak sesuai akan kecewa. Bisa kecewa bisa engga. Orang yang simpati cenderung #pastinya kecewa. Tapi, namanya juga orang ya kali kita menuntut dia untuk jadi sempurna. Kita diciptakan untuk menjadi keren, bukan untuk menjadi sempurna (Anonim, 2013).

Ada saatnya kita melihat politik di balik maksud-maksud tertentu atau spekulasi-spekulasi. Politics: Everyone can do anything. Aku ngerasa tujuan kita yang katanya sih bermanfaat untuk orang banyak jadi "Ternoda" oleh yang namanya politik ini. Bisa jadi politik data dari ego manusia yang egois banget #maybe versus tujuan untuk menjadi bermanfaat bagi orang banyak datang dari hati yang tulus yang terdalam.